
Ideologi dan agama tentunya harus kita bedakan dari segi makna dulu, ideology yang terlahir dari pemikiran manusia yang memiliki pemikiran untuk memikirkan masalah kemanusia (social, budaya, ekonomi dan politik), karl marxt “ideologi merupakan alat untuk mencapai kesetaraan dan kesejahteraan bersama dalam masyarakat”, artinya bahwa ideology dijadikan sebagai jembatan menuju kesejahtraan umat manusia tanpa harus melihat latar belakang klasnya dan marx menyebutnya masyarakat tanpa klas atau komunal modern (komunisme), dan beberapa filsuf lain menyatakan bahwa ideology adalah inti dari semua pemikiran manusia (desacartes), sedangkan menurut Ali Syariati, mendefinisikan ideologi sebagai keyakinan-keyakinan dan gagasan-gagasan yang ditaati oleh suatu kelompok, suatu kelas sosial, suatu bangsa atau suatu ras tertentu.[1] Sedangkan definisi agama dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah system yang mengatur tata keimanan atau kepercayaan dan peribadatan kepada tuhan yang maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia serta manusia dan lingkungannya, dan beberapa ahli seperti keyakinan adaya kekuatan supranatural yang mengatur dan menciptakan alam beserta isinya[2]. Artinya bahwa agama lebih dekat dengan aktivitas ritual dari semua agama yang ada dan kepercayaan kepada suatu kekuatan yang maha (penguasaan alam dan isi-isinya) dan jalan kehidupan telah digariskan oleh sang maha pencipta yang disebut sebgai tuhan.
Perbedaan ideology dan agama dari beberapa definisi ideology dan agama dari beberapa sumber telah kita ketahui dan tentunya terdapat perbedaan, jadi, jalan sejati ideology dan agama tentunya terdapat perbedaan antara tuhan dan umat manusia. Ide yang mengemukakan persamaan dan tidak terdapat perbedaan antara ideology dan agama adalah absurd dan tidak memiliki dasar apapun. Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem budaya, dan pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah dari kehidupan. Banyak agama memiliki narasi, simbol, dan sejarah suci yang dimaksudkan untuk menjelaskan makna hidup dan / atau menjelaskan asal usul kehidupan atau alam semesta. Dari keyakinan mereka tentang kosmos dan sifat manusia, orang memperoleh moralitas, etika, hukum agama atau gaya hidup yang disukai. Menurut beberapa perkiraan, ada sekitar 4.200 agama di dunia.[3] Dari sumber tersebut terdapat kata “moral” yang mentok pada persoalan ktuhanan dan keimanan, keyakinan umat manusia terhadap penciptanya.
Teori sejarah umat manusia kolerasi antara agama dan ideologi sangatlah jauh dan terdapat banyak perbedaan yang tak sulit untuk menyatakan bahwa itu adalah sama dalam menentukan masa depan umat manusia. Pertentangan klas dalam sejarah umat manusia telah menggariskan sebuah hokum alam secara dealektis dan sulit untuk menghindar dari gerak material tersebut, sedangkan agama akan berakhir pada kematian yang berujung pada pembalasan hari kemudian yang disebut dengan akhirat yang terdapat surga dan neraka. Ideology yang dikembangkan oleh marx terdapat perbedaan antara agama dan ideology dalam menentunkan sejarah umat manusia. Marx membagi dua struktur dalam fenomena kehidupan. Yang dibawah bernama Base Structure dan diatas bernama Supra structre. Yang dibawah akan medikte yang diatas. Yang dibawah ini adalah materi, suatu yang tangible, yang bisa diukur, itu adalah ekonomi. Dan yang diatas itu adalah ide-ide yang tak terukur, seperti agama, pendidikan, hukum, politik, sosial, dan lain-lain. Sederhananya, ekonomi akan mendikte agama, pedidikan, hukum, dan politik. Jadi yang penting bagi Marx adalah membenahi sesuatu yang bisa kita ukur, yaitu ekonomi. Ketika ekonomi baik, stabil, dan mencapai keadilan. Maka kita akan mendapatkan supra structure yang baik. Suatu hal yang percuma jika kita meubah-ubah dan berjuang menyelesaikan pendidikan, hukum, politik, karena semua hal itu tidak akan berpengaruh apa-apa, kecuali ekonomi sebagai base structure berubah. Itulah pandangan Marx. Kuncinya ada pada ekonomi.[4]
Teology pembebasan yang menerangkan tentang kesejatian umat manusia dalam perjalanan hidupnya didunia yang terbentur pada persoalan ekonomi. Untuk melanjutkan kehidupan tentunya berbicara ekonomi adalah sebuah keharusan dan ideology dan agama menjelaskan tentang ekonomi secara berbeda namun memiliki kesamaan, namun kadang-kadang ada paksaan yang kemudian menjadi mustahil akan terciptanya masyarakat tauhid atau masyarakat tanpa klas dalam teori marxisme, maksudnya adalah meski ada persamaan dalam kitab agama dan ideology yang disebarkan oleh Karl Marx namun ada terdapat perbedaan antara kedua dasar pemikiran umat manusia. Saya tidak pernah menyangkal keihklasan teologi pembebasan dengan tujuan membebaskan umat manusia dari penindasan manusia kepada manusia lainnya namun paksaan yang menyatakan bahwa tidak adanya perbedaan antara agama dan ideology manusia yang menjadi dasar penolakan saya, dalam teori marx sendiri dijelaskan bahwa dinia ini termasuk ideology dan agama terdapat kontradiksi dimana kontradiksi tersebut terdapat perbedaan namun dalam perbedaan itu saling berkaitan satu sama lain yang tak bisa dipisahkan.
Teologi Pembebasan
Berbicara mengenai teologi pembebasan maka hal ini tidak terlepas dari yang namanaya agama, baik itu agama islam, buda, hindu, nasrani, dan semua agama yang ada selagi dalam aktivitas membebaskan perbudakan manusia, penindasan manusia atas manusia laian maka gerakan, atau aktivitas tersebut disebut sebagai menjalankan konsep tentang teologi pembebasan dengan mengatas namakan agama dan kemanusian dalam menentang penindasan manusia dengan manusia yang lainnya. Asghar Ali Engineer dalam bukunya Islam dan Teologi Pembebasan (Islam and Liberation Theology) menjelaskan tentang arti teologi pembebasan dalam pandangan islam, Teologi Pembebasan menurut pendapat saya (kata Asghar Ali) pertama, dimulai dengan melihat kehidupan manusia di dunia dan akhirat, kedua, teologi ini tidak menginginkan status quo yang melindungi golongan orang kaya yang berhadapan dengan golongan miskin. [5] artinya bahwa memandang teologi pembebasan, antara manusia dan kehidupan berikutnya yang disebut dengan akhirat setelah meninggal merupakan salah satu konsep dalam teologi pembebasan, dan artinya bahwa ada kendali atau hari pembebasan setelah kematian dalam islam maupun agama lain, ini menandakan bahwa ketidak konsistenan teologi pembebasan dengan mengatas namakan agama memperjuangkan penindasan manusia kuat terhadap manusia sangat lemah dan hanya sebuah retorika belaka. Memperjuangkan kaum tertindas dengan membawa-bawa kehidupan berikutnya setelah kematian, artinya ada ketidak puasan manusia, atau ada tempat dimana manusia tertindas itu pasrah dan mengatakan “ah, kita balas diakhirat nanti”, maka yakin dan percaya ilusi seperti adalah bentuk system yang menghamba pada status quo yang ditentangnya sendiri bertahan sepanjang kehidupan dan perhelatan umat manusia dalam mempertahankan hidup dan hak untuk hidup.
Ada salah satu contoh betapa berbedanya antara gerakan yang idelogik dengan gerakan teologi pembebasan yang marak di timur tengah dan amerika latin itu, kembali pada kutipan dalam bukunya Asghar Ali Engineer pada halamn 11 bab 1 yang mengutip seorang sarjana islam mesir yang memberikan penafsiran atas kalimat syahadat la ilaha illallah:
“Orang-orang yang berkeinginan memperbudak sesamanya berarti ingin menjadi tuhan, padahal tiada tuhan selain Allah; orang yang berkeinginan menjadi tiran berarti ingin menjadi tuhan, padahal tiada tuhan selain Allah; penguasa yang merendahkan rakyatnya, berarti ingin menjadi tuhan, padahal tiada tuhan selain Allah; ketika menghargai setiap manusia apa pun keadaannya dan dari mana pun asalanya, asal bisa menjadi saudara bagi sesamanya…. Demokrasi, Sosialisme dan keadalian social dalam makna yang sesungguhnya akan dan semakin Berjaya karena mengajarkan persaudaraan, dan ini mmerupaka salah satu konsekuensi dari kalimat, tiada tuhan selain Allah”[6]
Dalam kutipan diatas menandakan adanya perbedaan dengan gerakan ideology dan gerakan yang dibangun agama dalam konsep teologi pembebasan yang selalu mentok pada konsep tuhan sebagai jalan kehidupan berikutnya dimana yang bersalah akan dihukum dan yang hina akan mendapat tempat yang layak selagi dia taat dan yakin terhadap tuhan esa. Nah, gerakan ini bukan berarti tidak ada kebenran yang dibawahnya, karena dalam agama apa pun itu pasti membawa konsep dan cita-cita kedamaian dan menunjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam bentuk moralitas. Sedangkan dalam gerakan ideology lebih mengutamakan yang namanya politik ketimbang moralitas dalam menjadi manusia tanpa klas, tanpa penindasan.
Kita akan tetap satu arah, satu masa depan umat manusia, yaitu sosialisme, dan mudah-mudahan sampai pada komodal modern dimana manusia dan manusia lainnya menjungjung tinggi nilai kemanusian dan mendukung segala perbedaan dalam kebersamaan demi tauhid dan kehidupan tanpa klas. Salam sosialisme!
by: Busta Min B
Polman, 3 Agustus 2014
[1] http://www.pengertianahli.com/2013/05/pengertian-ideologi-menurut-para-ahli.html
[2] http://www.updatekeren.com/2013/09/pengertian-agama-definisi-agama-secara.html
[3] Tentang agama http://id.wikipedia.org/wiki/Agama
[4] Teori Ideologi Karl Marx : False Consciousness
[5] Ali,Asghar,2009,Teologi pembebasan dalam pandangan islam “islam dan teologi pembebasan” bab I halaman 1
[6] Ali,asghar,”islam dan teologi pembebasan” cetakan 1-4 dalam bab I halaman 11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar